1.
PENGANGGURAN
A. Definisi Pengangguran
-
adanya
ketimpangan antara lahan pekerjaan dengan kebutuhan orang untuk pekerjaan.
Artinya, kurang tersedianya lahan atau tempat pekerjaan, sedangkan orang yang
hendak bekerja melebihi jumlah lahan pekerjaan.
-
Menurut Ida Bagoes Mantra, pengangguran
adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang
aktif mencari pekerjaan. Konsep ini sering diartikan sebagai keadaan
pengangguran terbuka.
-
Menurut Dumairy Pengangguran adalah
orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan
(masih atau sedang) mencari pekerjaan.
Masalah yang sering dihadapi adalah masalah setengah menganggur atau pengangguran tidak kentara, yang pengertiannya adalah sebagai berikut :
Masalah yang sering dihadapi adalah masalah setengah menganggur atau pengangguran tidak kentara, yang pengertiannya adalah sebagai berikut :
B. Jenis
Pengangguran
-
setengah
pengangguran
Keadaan setengah menganggur (underemployment) terletak antara full employment dan sama sekali menganggur. Pengertian yang digunakan ILO.
Keadaan setengah menganggur (underemployment) terletak antara full employment dan sama sekali menganggur. Pengertian yang digunakan ILO.
Underemployment
yaitu perbedaan antara jumlah pekerjaan yang betul dikerjakan seseorang dalam pekerjaannya
dengan jumlah pekerjaan yang secara normal mampu dan ingin dikerjakannya.
·
Setengah Menganggur
Setengah menganggur yang kentara
Setengah menganggur yang kentara (visible underemployment) adalah jika seseorang bekerja tidak tetap (part time) di luar keinginannya sendiri, atau bekerja dalam waktu yang lebih pendek dari biasanya.
Setengah menganggur yang kentara
Setengah menganggur yang kentara (visible underemployment) adalah jika seseorang bekerja tidak tetap (part time) di luar keinginannya sendiri, atau bekerja dalam waktu yang lebih pendek dari biasanya.
·
Setengah menganggur yang tidak kentara
Setengah menganggur yang tidak kentara (invisible underemployment) adalah jika seseorang bekerja secara penuh (full time) tetapi pekerjannya itu dianggap tidak mencukupi karena pendapatannya terlalu rendah atau pekerjaan tersebut tidak memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh keahliannya.
Setengah menganggur yang tidak kentara (invisible underemployment) adalah jika seseorang bekerja secara penuh (full time) tetapi pekerjannya itu dianggap tidak mencukupi karena pendapatannya terlalu rendah atau pekerjaan tersebut tidak memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh keahliannya.
-
Pengangguran
tidak kentara
Pengangguran tidak kentara (disguised unemployment), dalam angkatan kerja mereka dimasukkan dalam kegiatan bekerja, tetapi sebetulnya mereka menganggur jika dilihat dari segi produktivitasnya. Jadi di sini mereka sebenarnya tidak mempunyai produktivitas dalam pekerjaannya. Misalnya mereka terdiri dari 4 orang yang bersama-sama bekerja dalam jenis pekerjaan yang sesungguhnya dapat dikerjakan oleh 3 orang sehingga 1 orang merupakan ‘disguised unemployment’.
Pengangguran tidak kentara (disguised unemployment), dalam angkatan kerja mereka dimasukkan dalam kegiatan bekerja, tetapi sebetulnya mereka menganggur jika dilihat dari segi produktivitasnya. Jadi di sini mereka sebenarnya tidak mempunyai produktivitas dalam pekerjaannya. Misalnya mereka terdiri dari 4 orang yang bersama-sama bekerja dalam jenis pekerjaan yang sesungguhnya dapat dikerjakan oleh 3 orang sehingga 1 orang merupakan ‘disguised unemployment’.
- Pengangguran friksional
Pengangguran friksional yaitu pengangguran yang terjadi akibat pindahnya seseorang dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibatnya harus mempunyai waktu tenggang dan berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan yang lain tersebut.
Pengangguran friksional yaitu pengangguran yang terjadi akibat pindahnya seseorang dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibatnya harus mempunyai waktu tenggang dan berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan yang lain tersebut.
C. DIMENSI
PENGANGGURAN
Menurut Lincolin Arsyad (1999: 35),
untuk memperoleh pengertian sepenuhnya tentang arti penting dari masalah
ketenagakerjaan (employment) di perkotaan, kita harus memperhitungkan pula
maslah pertambahan pengangguran terbuka yang jumlahnya lebih besar yaitu mereka
yang kegiatannya aktif bekerja tetapi secara ekonomis sebenarnya mereka tidak
bekerja secara penuh (underutilized). Untuk mengelompokkan masing-masing
pengangguran, menurut Edgar O. Edward (tahun 1974 ) buku Ekonomi Pembangunan
(Lincolin Arsyad, 1999: 35) perlu diperhatikan dimensi-dimensi:
-
Waktu (banyak di
antara mereka yang bekerja lebih lama, misalnya jam kerjanya per hari, per
minggu, atau per tahun).
-
Produktivitas
(kurangnya produktivitas seringkali disebabkan oleh kurangnya sumber
daya-sumber daya komplementer Untuk melakukan pekerjaan).
-
Intensitas
pekerjaan (yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi makanan)
D. BENTUK PENGANGGURAN
Menurut Edgar O. Edward (tahun 1974 ) Pengangguran dibagi kedalam 5 Bentuk :
Menurut Edgar O. Edward (tahun 1974 ) Pengangguran dibagi kedalam 5 Bentuk :
-
Pengangguran
terbuka : baik sukarela (mereka yang tidak mau bekerja karena mengharapkan
pekerjaan yang lebih baik) maupun secara terpaksa (mereka yang mau bekerja
tetapi tidak memperoleh pekerjaan).
-
Setengah
menganggur (underemployment): yaitu mereka yang bekerja lamanya (hari, minggu,
musiman) kurang dari yang mereka biasa kerjakan.
-
Tampaknya
bekerja tetapi tidak bekerja secara penuh: yaitu mereka yang tidak digolongkan
sebagai pengangguran terbuka dan setengah pengangguran, termasuk di sini
adalah:
a. Pengangguran
tak kentara (disguised unemployment) Misalnya para petani yang bekerja di
lading selama sehari penuh, apdahal pekerjaan itu sebenarnya tidak memerlukan
waktu selama sehari penuh.
b. Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment)
Misalnya oaring yang bekerja tidak Sesuai dengan tingkat atau jenis
pendidikannya.
c. Pensiun
lebih awal
Fenomena ini merupakan kenyataan yang terus berkembang di kalngan pegawai pemerintah. Di beberapa negara, usia pensiun dipermuda sebagai alat menciptakan peluang bagi yang muda untuk menduduki jabatan di atasnya.
Fenomena ini merupakan kenyataan yang terus berkembang di kalngan pegawai pemerintah. Di beberapa negara, usia pensiun dipermuda sebagai alat menciptakan peluang bagi yang muda untuk menduduki jabatan di atasnya.
-
Tenaga kerja
yang lemah (impaired): yaitu mereka yang mungkin bekerja full time, tetapi
intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan.
-
Tenaga
kerja yang tidak produktif : yaitu mereka yang mampu untuk bekerja secara
produktif tetapi karena sumber daya-sumber daya penolong kurang memadai maka
mereka tidak bisa menghasilkan sesuatu dengan baik.
2. INFLASI
A. Definisi
Inflasi :
Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu tertentu . Menurut para pakar beberapa pengertian mengenai inflasi:
Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu tertentu . Menurut para pakar beberapa pengertian mengenai inflasi:
- Menurut Nopirin (1987:25)
Proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama peride tertentu.
Proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama peride tertentu.
-
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:
578-603)
Inflasi dinyatakan sebagai kenaikan harga secara umum. Jadi tingkat inflasi adalah tingkat perubahan harga secara umum yang dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Rate of inflation (year t) = Price level (year t)- price level (year t-l) :Price level (year t-l)
Inflasi dinyatakan sebagai kenaikan harga secara umum. Jadi tingkat inflasi adalah tingkat perubahan harga secara umum yang dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Rate of inflation (year t) = Price level (year t)- price level (year t-l) :Price level (year t-l)
B. Komponen Inflasi
Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, Prathama dan Mandala (2001:203)
Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, Prathama dan Mandala (2001:203)
-
Kenaikan harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi darpada harga periode sebelumnya.
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi darpada harga periode sebelumnya.
-
Bersifat umum
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga secara umum naik.
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga secara umum naik.
-
Berlangsung terus menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan
C. Tingkat Inflasi
Kondisi inflasi menurut Samuelson (1998:581), berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu
Kondisi inflasi menurut Samuelson (1998:581), berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu
-
Merayap {Creeping Inflation)
Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama.
Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama.
-
Inflasi menengah {Galloping Inflation)
Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang arrinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.
Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang arrinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.
-
Inflasi Tinggi {Hyper Inflation)
Inflasi yang paling parah dengan dtandai dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.
Inflasi yang paling parah dengan dtandai dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.
D. Metode Pengukuran Inflasi
Suatu kenaiikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi (Nopirin,1987:25) antara lain:
Suatu kenaiikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi (Nopirin,1987:25) antara lain:
-
ConsumerPriceIndex
(CPI)
Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan hidup:
CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of marketbasket in base year) x 100%
Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan hidup:
CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of marketbasket in base year) x 100%
-
Produsen PriceIndex
dikenal dengan Whosale Price Index
Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.
Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.
-
GNP Deflator
GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas:
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%
GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas:
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%
E. Faktor - faktor yang mempengaruhi Inflasi
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi:
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi:
-
DemandPull
Inflation
Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan pennintaan agregat.
Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan pennintaan agregat.
-
Cost Push
Inflation or Supply Shock Inflation
Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif.
Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh :
Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif.
Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh :
-
Domestic Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara
umum di dalam negeri.
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara
umum di dalam negeri.
-
ImportedInflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang
import secara umum
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang
import secara umum
3. KETERKAITAN
ANTARA PENGANGGURAN DAN INFLASI
-
Bagaimana
keterkaitan antara inflasi dengan pengangguran?
Teori inflasi,
A.W. Phillips berhasil menemukan hubungan yang erat antara tingkat pengangguran dengan
tingkat perubahan upah nominal. Penemunannya ini diperolehnya dari hasil
pengolahan data empirik perekonomian inggris untuk periode 1861-1957. Kurva yang menggambarkan hubungan di
antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran dinamakan kurva Phillips. Kurva phillips
yang menghubungkan persentase perubahan tingkat upah nominal dengan tingkat
pengangguran seperti diuraikan di atas biasa disebut dengan kurva phillips
dalam bentuk asli. Di samping itu, ada juga kurva phillips dalam bentuk versi
baru yang biasa disebut dengan kurva phillips yang sudah direvisi yang
digunakan untuk mengukur tingkat inflasi
Argumentasi
untuk menjelaskan kurva phillips di atas dirumuskan dengan formulasi sebagai
berikut :
Laju inflasi = Tingkat kenaikan upah – Tingkat kenaikan produktivitas
-
Sifat
keterkaitan di antara inflasi harga dan tingkat pengangguran :
Pada waktu pengangguran tinggi,
kenaikan harga-harga relative lambat, akan tetapi semakin rendah pengangguran,
semakin tinggi tingkat inflasi yang berlaku.
Dari kurva
phillips dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat pengangguran
semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan semakin tinggi harapan
inflasi akan semakin cepat pula kenaikan tingkat upah.
Jadi, di teori ekonomi makro, ada
perdebatan klasik masalah inflasi dan pengangguran yang dikenal luas dengan
Kurva Phillips (yang sebetulnya belum terbukti salah dan benar secara umum di
semua ekonomi/negara),. Kurva tersebut menggambarkan adanya hubungan negatif
antara laju inflasi dengan pengangguran: Laju inflasi tinggi, pengangguran
rendah (dan output tinggi). Akan tetapi kebalikannya juga justru dapat terjadi
yakni kenaikan harga-harga secara umum, yang dilihat dari laju inflasi akan
menurunkan output (produksi nasional) dan dengan sendirinya meningkatkan
pengangguran. Hubungan inflasi, output dan pengangguran (tiga hal yang sangat sentral dalam kebijakan makroekonomi) sangat ditentukan oleh aggregat penawaran dan permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa. Apabila aggregat permintaan meningkat, permintaan terhadap tenaga kerja akan meningkat (dengan sendirinya
pengangguran berkurang) dan produksi nasional juga meningkat (dengan sendirinya pertumbuhan ekonomi meningkat). Akan tetapi, sebaliknya kenaikan aggregat permintaan tersebut akan menaikkan harga-harga (meningkatkan laju inflasi). Ini yang dinamakan hubungan negatif inflasi dan pengangguran. Di tahun 50-an dan 60-an, hubungan negatif ini luas ditemukan di negeri maju seperti Inggris dan Amerika.
Bagaimana bila terjadi penurunan dalam aggregat penawaran terhadap barang-barang dan jasa-jasa? Penurunan penawaran dengan sendirinya berakibat pada “seolah” kenaikan dalam permintaan. Akibatnya harga-harga meningkat (inflasi meningkat).
Akan tetapi karena penawaran menurun ini berarti permintaan terhadap tenaga kerja juga menurun yang dengan sendirinya menurunkan produksi nasional. Akhirnya yang terjadi adalah inflasi tinggi dan pengangguran tinggi (dan pertumbuhan ekonomi
rendah). Ini yang luas terjadi di tahun 70-an ketika terjadi resesi ekonomi global.
pengangguran. Hubungan inflasi, output dan pengangguran (tiga hal yang sangat sentral dalam kebijakan makroekonomi) sangat ditentukan oleh aggregat penawaran dan permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa. Apabila aggregat permintaan meningkat, permintaan terhadap tenaga kerja akan meningkat (dengan sendirinya
pengangguran berkurang) dan produksi nasional juga meningkat (dengan sendirinya pertumbuhan ekonomi meningkat). Akan tetapi, sebaliknya kenaikan aggregat permintaan tersebut akan menaikkan harga-harga (meningkatkan laju inflasi). Ini yang dinamakan hubungan negatif inflasi dan pengangguran. Di tahun 50-an dan 60-an, hubungan negatif ini luas ditemukan di negeri maju seperti Inggris dan Amerika.
Bagaimana bila terjadi penurunan dalam aggregat penawaran terhadap barang-barang dan jasa-jasa? Penurunan penawaran dengan sendirinya berakibat pada “seolah” kenaikan dalam permintaan. Akibatnya harga-harga meningkat (inflasi meningkat).
Akan tetapi karena penawaran menurun ini berarti permintaan terhadap tenaga kerja juga menurun yang dengan sendirinya menurunkan produksi nasional. Akhirnya yang terjadi adalah inflasi tinggi dan pengangguran tinggi (dan pertumbuhan ekonomi
rendah). Ini yang luas terjadi di tahun 70-an ketika terjadi resesi ekonomi global.
0 komentar:
Posting Komentar